Liburan Gratis ke Pulau Tunda bersama Paspor Ijo [Bagian 1]

Kalo ada yang bilang bahwa rezeki itu enggak ke mana-mana, kayaknya ada benarnya juga. Soalnya, saya lagi pusing banget karena deadline kerj...

Kalo ada yang bilang bahwa rezeki itu enggak ke mana-mana, kayaknya ada benarnya juga. Soalnya, saya lagi pusing banget karena deadline kerjaan numpuk sampai-sampai enggak sempat untuk ngatur trip sendiri. Lalu, saya lihat di Instagram @ paspor_ijo ada giveaway trip ke Pulau Tunda. Wah, kebetulan banget! Saya memang lagi butuh liburan dan enggak sempat atur trip sendiri. Saya ikut, deh, giveaway-nya dengan repost, komentar, dan tag sebanyak mungkin teman di post saya. Ternyata, saya menang! Liburan gratis pun jadi kenyataan.

Senang banget yang menang liburan gratis! ;D

Ini adalah liburan gratis pertama saya. Bersama teman-teman dari Paspor Ijo dan peserta giveaway lainnya, saya menjelajah Pulau Tunda pada 10-12 Desember 2016. Ada 5 pemenang yang terpilih, namun cuma 4 orang yang bisa ikut. Setiap peserta diizinkan mengajak seorang teman dan saya mengajak +Chandra Kartika.

Kami bertiga belas berangkat dari Terminal Kampung Rambutan dengan menumpang bis tujuan Serang. Perjalanan Jakarta-Serang berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Dari Terminal Serang, kami masih harus melanjutkan perjalanan dengan angkot menuju Pelabuhan Karangantu. Menuju ke pelabuhan, kami menyewa dua angkot sehingga kami bisa langsung sampai di dekat kapal.

Di dalam bis antarkota menuju Serang - photo by Paspor Ijo

Naik angkot dari Terminal Serang menuju Pelabuhan Karangantu - photo by Paspor Ijo

Nah, dari Pelabuhan Karangantu, kami naik kapal nelayan yang disewakan. Karena ini liburan gratis, saya sama sekali enggak kepikiran menanyakan berapa harga sewa kapalnya :p. Yang jelas, kapal ini bisa memuat sampai sekitar 30 orang. Lumayan besar juga, ya. Tapi, saat menerjang ombak, kami yang di atas kapal bisa ikutan kecipratan air laut juga. Hihhii..

Di Pelabuhan Karangantu, sebelum perjalanan 2 jam menuju Pulau Tunda - photo by Paspor Ijo

Pelayaran berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Sebenarnya, untuk menuju ke Pulau Tunda, kamu juga bisa menumpang kapal feri berjadwal. Sayangnya, jadwalnya tidak sesering kapal feri menuju Kepulauan Seribu. Dalam seminggu, cuma ada 3 kali kapal masuk, yaitu pada Senin, Rabu, dan Sabtu. Jadi, kalau kamu mau ke Pulau Tunda dengan menumpang feri, kamu cuma bisa pergi pada Sabtu dan pulang Senin. Sulit juga buat kamu yang pekerja kantoran karena jadinya harus mengambil cuti kantor, ya.

Makanya, paling tepat memang menyewa kapal nelayan aja. Namun, karena kapalnya kecil, ombaknya bisa begitu menggoyangkan kapal dan saya jadi cukup pusing dan mual. Saya pun memutuskan untuk tidur saja sepanjang perjalanan itu. Tapi, buat kamu yang enggak punya masalah sama motion sickness, kamu bisa menikmati pemandangan pulau-pulau lainnya dalam perjalanan ke sana, termasuk salah satunya Anak Krakatau.

Kami sampai di Pulau Tunda sekitar pukul 12.00 siang dan langsung diantar ke homestay. Kami tinggal di rumah salah satu orang lokal yang kebetulan menjadi guide kami, Kang Ubay alias Bayu. Begitu sampai di rumahnya, kami langsung disuguhkan teh manis hangat dan makan siang. Hhmm.. Yang tadinya sedikit pusing karena sempat terombang-ambing di lautan (mesin kapal kami sempat mati di tengah laut dan langsung jadi korban sapuan ombak yang besar), kami langsung segar kembali.

Gapura di depan dermaga.


Hari Pertama

Selepas makan siang dan salat, kami pun bersiap untuk kegiatan pertama kami di Pulau Tunda, Bersama Paspor Ijo dan Momotrip, kami benar-benar disuguhkan liburan yang enggak biasa. Kami enggak cuma diajak mengeksplorasi keindahan Pulau Tunda, tapi juga turut menjaga alam Pulau Tunda. Pulau seluas kurang lebih 300 hektare ini memang baru dua tahun belakangan menjadi objek wisata yang dikenal. Sayangnya, sebagai pulau wisata, Pulau Tunda penuh sampah dan kotor. Sampah di pantai sebagian besar berasal dari laut dan terbawa ke pulau. Makanya, kamu jangan membuang sampah di laut, ya!

Nah, untuk itu, pada hari pertama, kami mengikuti Tunda's Project by Momotrip, yaitu membersihkan sampah di sekitar pantai. Kami menelusuri dermaga sampai ke  Jembatan Galau, salah satu tempat berfoto yang asyik sekaligus objek wisata di Pulau Tunda, Sebelum mulai, kami diberikan kantung sampah, kaos, sarung tangan, dan masker dari Momotrip. Kami pun jadi bisa leluasa memungut sampah tanpa takut kotor-kotoran. Buat yang alergi debu pun enggak masalah karena masker juga disediakan.

Tempat sampah sudah tersedia dan akan ditempatkan di beberapa titik di Pulau Tunda.

Anak-anak Pulau Tunda juga ikut membantu kami.


Siap-siap ganti seragam!

Kegiatan membersihkan sampah Pulau Tunda dimulai sekitar pukul 2 siang. Selama kurang lebih satu jam, kami menelusuri jalanan di Pulau Tunda dan memunguti sampah. Karena dibantu anak-anak Pulau Tunda, kami jadi enggak merasa lelah. Mereka benar-benar menikmati kegiatan membersihkan sampah ini, begitu pun kami.

Sebanyak ini, nih, sampah di dermaga. Sedih, ya... :'(( - photo by Paspor Ijo

Lalu, sampailah kami di titik terakhir pembuangan sampah. Di Pulau Tunda, TPA alias Tempat Pembuangan Akhir masih belum dikelola dengan baik. Masyarakat membuang sampah di sebuah lubang besar, namun enggak secara rutin membakar sampah di sana. Jadi, seringkali sampahnya menupuk aja di sana. Namun, ini sebenarnya PR bersama karena masyarakat enggak diberi sosialisasi mengenai cara memproses sampah dan masyarakat juga enggak bisa membuang sampah di luar pulau. Enggak ada feri pengangkut sampah. Masih lebih baik mereka membuang sampah di TPA daripada dibuang ke laut.

Semua peserta giveaway bersama Momotrip dan anak-anak Pulau Tunda - photo by Paspor Ijo

Setelah membuang sampah di TPA, kami pun lanjut istirahat di Jembatan Galau. Nama jembatan ini diberikan oleh penduduk setempat. Meski namanya Jembatan Galau, saya sama sekali enggak merasa galau karena pemandangan dari jembatan ini indah banget. Rasanya yang lagi galau pun enggak bakal sempat kepikiran galau karena asyik menikmati pemandangan di sana. Bahkan, semua peserta trip langsung menjelajah bibir pantai untuk menangkap berbagai momen indah di sana.

Garis pantai Pulau Tunda dilihat dari atas Jmbatan Galau.
Saya di ujung sana~ :))

Chandra di Jembatan Galau yang sama sekali enggak kelihatan galau :p
Oh ya, saya terkesan banget sama sambutan anak-anak di Pulau Tunda. Mereka sangat ramah dan menyenangkan. Mereka enggak merasa canggung berada dekat dengan kami. Meski awalnya cuma mau ikut memungut sampah, akhirnya mereka malah bermain bersama kami. Bahkan, Yunda, Rahma, dan Ipeh mengajak saya dan Chandra ke sisi pantai yang enggak begitu banyak karang. Dan ternyata, di sana airnya hangat, loh, padahal di sisi pantai satunya (cuma dipisahkan jembatan) airnya dingin!

Ini Yunda dan Rahma~ :))

Kami di Jembatan Galau sampai matahari terbenam. Memang, rencananya kami istirahat selepas aksi sosial memungut sampah sampai matahari terbenam. Sayangnya, kami enggak mendapatkan matahari terbenam di sana karena tertutup pepohonan. Namun, menikmati sore di Jembatan Galau benar-benar menyenangkan. Oh ya, di pantai ini juga terdapat pendopo yang bisa digunakan untuk beristirahat, apalagi buat yang enggak mau terlalu lama berjemur. Biarpun panas, karena di pantainya banyak pohon, jadi udaranya sejuk banget. Jadi enggak kerasa lagi ada di pantai karena di belakang kami adalah pepohonan hijau kayak di hutan. :p

Matahari terbenam dilihat dari Jembatan Galau

Setelah puas menikmati matahari terbenam, kami pun kembali ke homestay untuk mandi, makan malam, dan beristirahat. Hari kedua sudah menanti! Esoknya, kami dijadwalkan snorkeling ke 4 titik di Pulau Tunda, jadi kami harus istirahat supaya enggak bangun kesiangan. :))

Oh ya, di Pulau Tunda, listrik cuma ada mulai pukul 6 sore sapai 10 malam. Jadi, kamu harus benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk mengisi daya baterai ponsel dan kamera kamu.


Tips:

1. Aktifkan "Airplane Mode" supaya baterai ponsel kamu enggak habis karena mencari sinyal. Lagipula, di Pulau Tunda kamu sulit mendapatkan sinyal telepon dan internet, jadi sebaiknya kamu aktifkan "Airplane Mode" aja.

2. Bawa kaki tiga dan terminal supaya kamu enggak berebutan sama temanmu saat mau men-charge ponsel dan kamera.

3. Kamu beruntung kalo homestay kamu punya mesin genset atau PLTS karena listriknya bisa tersedia sampai pagi. Tapi, kalo enggak, buat kamu yang terbiasa tidur di ruangan dingin (minimal pakai kipas angin), kamu mungkin bakal merasa gerah. Makanya, sebaiknya kamu bawa kipas angin sendiri untuk kamu gunakan saat merasa gerah.

You Might Also Like

3 comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. artikelnya bagus, semoga pulau tunda tetap bersih dan pariwisatanya semakin berkembang. :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Kak, sudah mampir ke sini.. Iya, semoga para turis dan masyarakat Pulau Tunda bersama-sama selalu menjaga kebersihan, ya, biar pariwisata di sana semakin berkembang.. :)

      Delete