Banten
beach
Indonesia
Paspor Ijo
Pulau Tunda
senja
traveling
trip
Liburan Gratis ke Pulau Tunda bersama Paspor Ijo [Bagian 1]
December 16, 2016Kalo ada yang bilang bahwa rezeki itu enggak ke mana-mana, kayaknya ada benarnya juga. Soalnya, saya lagi pusing banget karena deadline kerjaan numpuk sampai-sampai enggak sempat untuk ngatur trip sendiri. Lalu, saya lihat di Instagram @ paspor_ijo ada giveaway trip ke Pulau Tunda. Wah, kebetulan banget! Saya memang lagi butuh liburan dan enggak sempat atur trip sendiri. Saya ikut, deh, giveaway-nya dengan repost, komentar, dan tag sebanyak mungkin teman di post saya. Ternyata, saya menang! Liburan gratis pun jadi kenyataan.
Senang banget yang menang liburan gratis! ;D |
Kami bertiga belas berangkat dari Terminal Kampung Rambutan dengan menumpang bis tujuan Serang. Perjalanan Jakarta-Serang berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Dari Terminal Serang, kami masih harus melanjutkan perjalanan dengan angkot menuju Pelabuhan Karangantu. Menuju ke pelabuhan, kami menyewa dua angkot sehingga kami bisa langsung sampai di dekat kapal.
Di dalam bis antarkota menuju Serang - photo by Paspor Ijo |
Naik angkot dari Terminal Serang menuju Pelabuhan Karangantu - photo by Paspor Ijo |
Di Pelabuhan Karangantu, sebelum perjalanan 2 jam menuju Pulau Tunda - photo by Paspor Ijo |
Makanya, paling tepat memang menyewa kapal nelayan aja. Namun, karena kapalnya kecil, ombaknya bisa begitu menggoyangkan kapal dan saya jadi cukup pusing dan mual. Saya pun memutuskan untuk tidur saja sepanjang perjalanan itu. Tapi, buat kamu yang enggak punya masalah sama motion sickness, kamu bisa menikmati pemandangan pulau-pulau lainnya dalam perjalanan ke sana, termasuk salah satunya Anak Krakatau.
Kami sampai di Pulau Tunda sekitar pukul 12.00 siang dan langsung diantar ke homestay. Kami tinggal di rumah salah satu orang lokal yang kebetulan menjadi guide kami, Kang Ubay alias Bayu. Begitu sampai di rumahnya, kami langsung disuguhkan teh manis hangat dan makan siang. Hhmm.. Yang tadinya sedikit pusing karena sempat terombang-ambing di lautan (mesin kapal kami sempat mati di tengah laut dan langsung jadi korban sapuan ombak yang besar), kami langsung segar kembali.
Hari Pertama
Selepas makan siang dan salat, kami pun bersiap untuk kegiatan pertama kami di Pulau Tunda, Bersama Paspor Ijo dan Momotrip, kami benar-benar disuguhkan liburan yang enggak biasa. Kami enggak cuma diajak mengeksplorasi keindahan Pulau Tunda, tapi juga turut menjaga alam Pulau Tunda. Pulau seluas kurang lebih 300 hektare ini memang baru dua tahun belakangan menjadi objek wisata yang dikenal. Sayangnya, sebagai pulau wisata, Pulau Tunda penuh sampah dan kotor. Sampah di pantai sebagian besar berasal dari laut dan terbawa ke pulau. Makanya, kamu jangan membuang sampah di laut, ya!Nah, untuk itu, pada hari pertama, kami mengikuti Tunda's Project by Momotrip, yaitu membersihkan sampah di sekitar pantai. Kami menelusuri dermaga sampai ke Jembatan Galau, salah satu tempat berfoto yang asyik sekaligus objek wisata di Pulau Tunda, Sebelum mulai, kami diberikan kantung sampah, kaos, sarung tangan, dan masker dari Momotrip. Kami pun jadi bisa leluasa memungut sampah tanpa takut kotor-kotoran. Buat yang alergi debu pun enggak masalah karena masker juga disediakan.
Tempat sampah sudah tersedia dan akan ditempatkan di beberapa titik di Pulau Tunda. |
Anak-anak Pulau Tunda juga ikut membantu kami. |
Siap-siap ganti seragam! |
Sebanyak ini, nih, sampah di dermaga. Sedih, ya... :'(( - photo by Paspor Ijo |
Lalu, sampailah kami di titik terakhir pembuangan sampah. Di Pulau Tunda, TPA alias Tempat Pembuangan Akhir masih belum dikelola dengan baik. Masyarakat membuang sampah di sebuah lubang besar, namun enggak secara rutin membakar sampah di sana. Jadi, seringkali sampahnya menupuk aja di sana. Namun, ini sebenarnya PR bersama karena masyarakat enggak diberi sosialisasi mengenai cara memproses sampah dan masyarakat juga enggak bisa membuang sampah di luar pulau. Enggak ada feri pengangkut sampah. Masih lebih baik mereka membuang sampah di TPA daripada dibuang ke laut.
Semua peserta giveaway bersama Momotrip dan anak-anak Pulau Tunda - photo by Paspor Ijo |
Garis pantai Pulau Tunda dilihat dari atas Jmbatan Galau. |
Saya di ujung sana~ :)) |
Chandra di Jembatan Galau yang sama sekali enggak kelihatan galau :p |
Oh ya, saya terkesan banget sama sambutan anak-anak di Pulau Tunda. Mereka sangat ramah dan menyenangkan. Mereka enggak merasa canggung berada dekat dengan kami. Meski awalnya cuma mau ikut memungut sampah, akhirnya mereka malah bermain bersama kami. Bahkan, Yunda, Rahma, dan Ipeh mengajak saya dan Chandra ke sisi pantai yang enggak begitu banyak karang. Dan ternyata, di sana airnya hangat, loh, padahal di sisi pantai satunya (cuma dipisahkan jembatan) airnya dingin!
Ini Yunda dan Rahma~ :)) |
Kami di Jembatan Galau sampai matahari terbenam. Memang, rencananya kami istirahat selepas aksi sosial memungut sampah sampai matahari terbenam. Sayangnya, kami enggak mendapatkan matahari terbenam di sana karena tertutup pepohonan. Namun, menikmati sore di Jembatan Galau benar-benar menyenangkan. Oh ya, di pantai ini juga terdapat pendopo yang bisa digunakan untuk beristirahat, apalagi buat yang enggak mau terlalu lama berjemur. Biarpun panas, karena di pantainya banyak pohon, jadi udaranya sejuk banget. Jadi enggak kerasa lagi ada di pantai karena di belakang kami adalah pepohonan hijau kayak di hutan. :p
Matahari terbenam dilihat dari Jembatan Galau |
Oh ya, di Pulau Tunda, listrik cuma ada mulai pukul 6 sore sapai 10 malam. Jadi, kamu harus benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk mengisi daya baterai ponsel dan kamera kamu.
Tips:
1. Aktifkan "Airplane Mode" supaya baterai ponsel kamu enggak habis karena mencari sinyal. Lagipula, di Pulau Tunda kamu sulit mendapatkan sinyal telepon dan internet, jadi sebaiknya kamu aktifkan "Airplane Mode" aja.
2. Bawa kaki tiga dan terminal supaya kamu enggak berebutan sama temanmu saat mau men-charge ponsel dan kamera.
3. Kamu beruntung kalo homestay kamu punya mesin genset atau PLTS karena listriknya bisa tersedia sampai pagi. Tapi, kalo enggak, buat kamu yang terbiasa tidur di ruangan dingin (minimal pakai kipas angin), kamu mungkin bakal merasa gerah. Makanya, sebaiknya kamu bawa kipas angin sendiri untuk kamu gunakan saat merasa gerah.
3 comments
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteartikelnya bagus, semoga pulau tunda tetap bersih dan pariwisatanya semakin berkembang. :-)
ReplyDeleteTerima kasih, Kak, sudah mampir ke sini.. Iya, semoga para turis dan masyarakat Pulau Tunda bersama-sama selalu menjaga kebersihan, ya, biar pariwisata di sana semakin berkembang.. :)
Delete