Perjalanan Tak Terduga ke Alor

Saya sama sekali tidak pernah membayangkan akan pergi ke Alor menjelang akhir tahun 2015. Saat saya memutuskan berhenti bekerja pada perten...

Saya sama sekali tidak pernah membayangkan akan pergi ke Alor menjelang akhir tahun 2015. Saat saya memutuskan berhenti bekerja pada pertengahan Desember, sampai ketika hari terakhir saya bekerja di kantor, saya masih belum mengira akan pergi ke sana. Semuanya serba mendadak sehingga saya bahkan belum sempat membeli koper untuk membawa pakaian (koper saya dipakai oleh Mama dan Abin). Untunglah teman saya, Domi, bersedia meminjamkan kopernya. Saya juga merasa sangat beruntung karena bahkan mendapatkan kamera pinjaman juga! Saat putus asa mencari pinjaman action came, saya justru mendapatkan kamera action came Nikon yang bentuknya seperti kamera saku dari Nanto, senior semasa kuliah sekaligus teman sekantor saat itu.


Hasilnya, tanggal 19 Desember sore, berangkatlah saya menggunakan kapal laut. Saya menaiki kapal Umsini milik PT Pelni dari Tanjung Priok, Jakarta, sampai Tenau, Kupang. Perjalanan di laut berlangsung selama 5 hari. Dari Kupang, saya masih harus menaiki kapal ferry selama kurang lebih 16 jam menuju Alor. Perjalanan yang bikin kapok karena sangat melelahkan. Karena datang mendadak, tiket peawat dari Kupang ke Alor harganya sudah melambung tinggi, apalagi saat itu menjelang Natal. Terpaksalah saya naik ferry, meskipun itu bukan pilihan yang menyenangkan. Ombak di laut sangat ganas sampai-sampai laut yang ada di depan saya terlihat miring karena kapalnya miring!

Tapi, sampai di Alor, semua terbayar tuntas. Pantai Maimol adalah pantai pertama yang sempat saya kunjungi di sela-sela mengurus Nenek yang sedang sakit. Ya, tujuan saya datang ke Alor kali ini sebenarnya untuk merawat Nenek di sana. Jalan-jalan adalah bonusnya. Tapi, benar-benar bonus yang indah. Pengalaman tahun baru sampai hunting kain sarung tenun benar-benar berkesan. Semua kisahnya akan saya bagikan juga di sini. Alor benar-benar tempat yang luar biasa.

Moko dan Kenari adalah dua hal yang sangat menunjukkan ciri khas Alor. Bahkan, di Kalabahi, ada tugu bertuliskan "Kalabahi Kota Kenari". Saking melimpahnya produksi kenari di Alor, saya juga bisa menemukan berbagai kue yang berbahan dasar kenari. Rasanya gurih dan renyah.

Alor yang saya datangi beberapa hari lalu sama sekali berbeda dengan Alor yang saya lihat 5 tahun lalu pada 2010. Alor sekarang lebih ramai dan jauh lebih berkembang. Semakin banyak pertokoan, motor yang lewat berlalu-lalang juga banyak. Bahkan, saat pesta tahun baru, suara nyaring kembang api masih terdengar sampai pukul 2 pagi! Seperti di Jakarta saja. :))

Meski belum sepopuler Raja Ampat, laut Alor dan kehidupan bawah lautnya sebenarnya sangat kaya. Ini juga membuat beberapa artis sempat melipir ke Alor. Nadine Chandrawinata adalah salah satu artis yang rutin datang ke sana karena merupakan Duta Pariwisata. Iri juga sama Nadine karena Nadine sudah pernah ke Pulau Kepa, sementara saya belum :(. Tapi, pengalaman yang saya dapatkan selama di Alor sama sekali tidak ternilai dan tak ada bandinganyaa, deh!


(Berjemur santai di salah satu pantai di Alor. Coba cari tahu nama pantai ini di tulisan berikutnya.)

You Might Also Like

0 comments